Assalamualaikum.WR.WB
Bismillahirohmannirrokhim...
Pondok Pesantren Darul Ulum Sungai Belida Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumsel kode pos.30657,di dirikan pada tanggal 16 juni 1997 Oleh Al Mukarom KH.AHMAD MUNAWIR,SQ di mana beliau meneruskan tongkat estafet PonPes Darul Ulum dari Ayahandanya Yaitu: Almukarom KH.NURHADI SIROJ. Yang mempunyai latar belakang kepesantrenan salafiyah di jawa timur banyuwangi.Pondok pesantren Darul Ulum1 Sungai Belida,Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten OKI.SUMSEL. Adalah salah satu lembaga pendidikan yang ikut serta memajukan kecerdasan bangsa serta mencetak generasi muda yang berwawasan luas,berpemikiran cerda,itlektualitas,kredibiltas,serta berakhlak mulia. Pondok pesantren Darul Ulum mempunyai program/jenjang pendidikan sebagai berikut:
1. PAUD
2. TK/TPA/RA
3. MI
4. MTs
5. MA
6. MADIN ULA
7. MADIN WUSTHO
8. TAHFIDZIL QUR'AN
9. PENGAJIAN KITAB KUNING
10.PESANTREN ORANG TUA
11.BIMBINGAN MANASIK HAJI
12.MULTAZAM TOUR AND TRAVEL DARUL ULUM (IBADAH UMROH)
Dan masih banyak program lain yang Darul Ulum Sajikan untuk memajukan atau menegembangkan prestasi serrta bakat,minat para santri / peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar di Ponpes Darul Ulum selain memakai konsep salafiyah juga memakai acuan pada konsep kurikulum yang kontemporer. Dan dalam pelaksanaanya di dukung oleh para pengurus / jajaran dewan guru yang berpengalaman serta berwawasan luas dalam ranah /kanca pendidikan khususnya dalam agama islam. tidak hanya itu Ponpes Darul Ulum Juga mepunyai sarana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan kwalitas para santri/peserta didik.
Banyak prestasi yang sudah di ukir oleh ponpes darul ulum dari tingkat kecamatan hingga nasional, dan semua itu tentunya tidaklah mudah untuk mencapainya, perlu perjuangan yang sangat keras. Pada tahun 2005 sejarah besar telah di ukir di pesantren ini untuk kali pertamanya darul ulum bisa go nasional di medan dalam iven pospenas. Dari sinilah darul ulum mulai mengukir prestasi-prestasinya dengan melalui iven-iven besar seperti : POSPENAS, STQ, MTQ, FASI, Dan banyak iven besar lainya yang diikuti.
Selain dari pada itu, pengadaan program pemberangkatan haji, dimana pada saat itu masih bekerja dengan Pemda dan departemen agama Kabupaten Ogan Komering Ilir, menunjuk Abah Munawir sebagai pembimbing manasik haji bagi jama'ah yang akan berangkat ketanah suci. Hingga saat itu beliau di percaya oleh para calon jama'ah haji untuk membimbing sekaligus menghantarkan ke tanah suci, sampi saat ini dimana setiap tahunya semakin bertambah besar kuota calon jama'ah haji yang berabgkat dari bumi bimbingan manasikhaji Al-Multazam Ponpes Darul Ulum Sungai Belida lempuing Jaya OKI SUMSEL. Dan apabila dilihat darikuota yang ada untuk pemberangkatan tahun 2016 saja sudah penuh. 05 Desember 2010
Meraih Nilai dari Ibadah Haji
Sedikit Artikel tentang pehaman Ibadah Haji
Meraih Nilai Dari Ibadah Haji
Oleh :KH.AHMAD MUNAWIR.SQ.Al-Khafidz
Tak terasa, musim haji 1431 H telah berada di depan mata. Para jamaah calon haji yang telah menanti selama bertahun-tahun kini telah tiba saatnya untuk “berjihad fi sabilillah” melaksanakan “pamungkas” rukun Islam. Kebahagiaan menyeruak didalam hati para calon jamaah haji baik yang saat ini telah berada di Saudi Arabia maupun mereka yang sedang menanti keberangkatannya, demikian juga dengan para keluarga yang dengan penuh rasa sukacita melepas keberangkatan mereka menuju tanah suci Mekkah dan menanti kepulangan mereka dengan harap-harap cemas.
Pengorbanan yang sangat besar dan multikomplek kerena membutuhkan keyakinan (i’tiqodiyah) yang lurus, raga (badaniyah) yang sehat, dan harta (maliyah) yang suci, dan waktu (zamaniyah) yang tersedia dari para calon jamaah haji dan keluarga ini hanya layak dihargai dengan “balasan surga nan damai sejahtera” di akhirat kelak.
Namun sayang, pengorbanan yang demikian berat dan langka ini kadang tidak dibarengi dengan pengetahuan yang mencukupi dari para calon jamaah haji kita, niat yang lurus dan harta yang bersih sehingga terhadang haji hanya menya menjadi trend “ibadah duniawi belaka”.
Tidak jarang penulis terkejut dan merasa sedih ketika menyampaikan manasik haji dibeberapa daerah dan KBIH, lalu melontarkan beberapa pertanyaan fundamental seperti apa tujuan kita menunaikan haji?, untuk apa berputar (tawaf) di Ka’bah, sebuah bangunan batu yang telah melalui proses renovasi kurang-lebih 12 kali? Dan untuk apa mencium Hajar Aswad (batu hitam) yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudhorat sedikitpun, padahal terkadang kesempatan mencium Hajar Aswad menjadi kebanggaan tersendiri yang tidak pernah selesai diceritakan olah para jamaah haji ketika pulang dari menunaikan ibadah haji? ... dan jawaban yang penulis terima adalah jawaban yang selalu berbeda antara satu jamaah dan lainnya selalu berbeda atau justru disuguhi mimik muka yang bengong karena belum menyadari tujuan untuk menunaikan ibadah haji.
Melalui tulisan yang sangat ringkas ini, penulis mengajak para pembaca untuk sejenak merenung bahwa tujuan dari ibadah haji telah dijawab oleh puncak ibadah haji itu sendiri, yaitu untuk MENGENAL DIRI SENDIRI dan MEMUNCULKAN SUARA HATI dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan utama dari haji ini bisa kita pahami dari menggabungkan kegiatan wuquf sebagai kegiatan puncak ibadah haji yang berlokasi di Arafah dengan sebuah hadits yang menjelaskan hubungan manusia dengan penciptanya. Kata Arafah sendiri berasal dari kata ”ma’rifat” yang berarti mengetahui dan mengenal, yang kemudian setelah seseorang mengetahui dan mengenal dirinya maka akan lahir ”ya’tarifun” pengakuan diri atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat sebelumnya. Pengertian ini akan sangat jelas dipahami bila perbuatan yang dilakukan oleh seorang haji di Arafah, tempat dan waktu dihubungkan dengan hadits Rasulullah saw. Beliau bersabda: ”Barang siapa yang mengetahui (mengenali, memahami) dirinya, maka niscaya ia mengenal tuhannya”. (al-hadits)
Jadi melalui ibadah haji, diharapkan para jamaah mampu mengenali siapa dirinya, apa tujuan hidupnya, dan mampu mengaflikasikan nilai-nilai dan hikmah yang terkandung dari ibadah haji yang dilakukannya seperti kejujuran, ketawadhuan, kepedulian, kepekaan, tanggung jawab, kebersamaan, visioner dan lain sebagainya.
Dengan adanya para haji yang memahami nilai-nilai haji dan menterjemahkannya dalam aflikasi sehari-hari, kita patut bangga dan berharap bahwa negeri yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia ini dengan jamaah haji lebih dari 200.000 orang/tahun akan mampu keluar dari seluruh problema baik lokal, nasional maupun internasional.
Predikat mabrur-nya (diterima) ibadah seorang jamaah haji akan dapat kita lihat secara kasat mata ketika ia kembali dari menunaikan ibadah haji. Adapun tolok ukur tersebut adalah: Pertama: Murah hati, Kedua: perkataan lemah lembut. Rasulullah saw bersabda:
الحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة، قالوا وما بره؟ قال: إطعام الطعام ولين الكلام (رواه أحمد)
“Tidak ada balasan yang layak bagi orang meraih haji mabrur kecuali surga, mereka bertanya: ”wahai Rasulullah saw, apa ciri-ciri orang yang meraih haji Mabrur?, Rasulullah saw menjawab: ” Murah hati (memberi makan: segala bentuk kebajikan saat haji dan sekembali dari haji) dan berbicara dengan santun dan halus”. (HR. Ahmad).
Di samping dua hal diatas, indikator lain mabrurnya haji seseorang adalah: Pertama, selama menunaikan ibadah haji tidak berpikir, berkata dan melakukan hal-hal yang jorok/porno. Kedua, selama menunaikan ibadah haji tidak melakukan dosa. Indikator lanjutan dari mabrurnya haji seseorang tampak pada ungkapan ”seorang yang hajinya mabrur bagaikan anak bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya”. Dari ungkapan ini kita bisa merenungi beberapa indikator dari mabrurnya haji seseorang, yaitu: Tiga, kelahiran seorang bayi sangat dinanti-nati oleh orang-orang sekitarnya. Artinya kepulangan seseorang yang menunaikan ibadah haji sangat dinati oleh lingkungan dan masyarakatnya. Empat, semua orang senang melihat seorang bayi yang lahir. Artinya seorang yang menunaikan ibadah haji disenangi dan diharapkan oleh lingkungan dan masyarakatnya. Lima, seorang bayi dinanti kelahirannya dengan harapan segera besar dan bermanfaat. Artinya seorang jamaah haji dinanti kepulangannya untuk kemudian menjadi tauladan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Rasulullah saw bersabda:
من حج فلم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه (رواه البخارى ومسلم)
Barang siapa menunaikan ibadah haji lalu ia tidak berpikir (berkata dan berbuat) jorok/kotor dan berbuat fasik (dosa) maka ia kembali dari menunaikan ibadah haji bagaikan hari ia dilahirkan dari perut ibunya. (HR. Bukhori-Muslim)
Perlu kita renungi, dengan jumlah jamaah haji terbanyak didunia, justru negeri ini masih terkungkung dalam masalah baik regional, nasional maupun internasional. Kita masih menantikan para alumni haji yang tampil sebagai tauladan bagi bangsa dan negeri tercinta ini. Masih sedikitnya (kalau tidak mau dikatakan ”belum ada”) alumni haji yang menjadi tauladan bisa jadi disebabkan faktor fundamental dari kemabruran haji yang diabaikan, yaitu keducian harta. Rasulullah saw bersabda:
عن أبى هريرة أن النبى صلى الله عليه وسلم قال: إذا خرج الحاج حاجا بنفقة طيبة ووضع رجله فى الغرز، فنادى: لبيك اللهم لبيك، ناداه مناد من السماء: لبيك وسعديك، زادك حلال وراحلتك حلال وحجك مبرور غير مأزور، وإذا خرج بالنفقة الخبيثة فوضع رجله فى الغرز، فنادى: لبيك، ناداه مناد من السماء: لا لبيك ولا سعديك، زادك حرام وراحلتك حرامر وحجك مأزور غير مأجور.
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra. Bahwa nabi Muhammad saw bersabda : ”ketika seorang yang hendak menunaikan ibadah haji keluar rumahnya untuk pertama kalinya dengan bekal yang suci (untuk sekarang bisa kita ibaratkan dengan keluar rumah untuk menyetor setoran dana haji yang pertama) dan ia meletakan kakinya di kendaraanya, lalu ia berseru ”ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, maka berserulah penyeru dari langit ”kami terima dan kami akan berikan kebahagiaan kepadamu, sesungguhnya bekalmu halal, dan perjalananmu halal, maka hajimu mabrur tidak terkontaminasi dengan dosa, sedang jika seorang yang berniat menunaikan ibadah haji keluar dari rimahnya dengan bekal yang kotor (tidak suci) dan meletakan kakinya dikendaraannya lalu berseru : ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu, maka berserulah penyeru dari langit ” kami tidak terima dan kami tidak akan berikan kebahagiaan kepadamu, karena sesungguhnya bekalmu haram, demikian juga perjalananmu haram, maka hajimu penuh dengan dosa dan tidak akan mendapatkan sedikitpun pahala. (HR. At-Thobrany dan al Ashfahany).
Semoga haji kita diterima oleh Allah swt dan membimbing alumni haji menjadi tauladan bagi masyarakat. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar